• LIFESTYLE

  • TIPS N TRICK

  • NEWS

Saturday, February 11, 2017

RAMALAN PRABU JAYABAYA, DARI MASA PENJAJAHAN SAMPAI KEMERDEKAAN


Dunia mengenal Nostradamus, yang hidup pada 1503 hingga 1566, sebagai seorang ahli nujum terkenal.
nostradamus 
Konon, ia telah memprediksi beberapa peristiwa besar di dunia, seperti Revolusi Prancis, kebangkitan diktator Adolf Hitler, dan serangan 11 September di World Trade Center, Amerika Serikat.
Namun, sekitar 400 tahun sebelum kelahirannya, hidup seorang raja Kediri bernama Jayabaya yang memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia, khususnya terkait ramalannya mengenai masa depan Pulau Jawa.
ramalan prabu jayabaya

Beberapa sumber mengatakan bahwa ia merupakan keturunan dari Dewa Kebijaksanaan, Brahma. Ada pula yang meyakini Jayabaya sebagai reinkarnasi Wisnu, dewa yang bertugas untuk memelihara dan melindungi.Seperti yang dikutip dari tulisan Martini Fisher, lulusan jurusan Sejarah Kuno dari Macquarie University, Australia dalam situs Ancient Origins, Senin (18/4/2016), Jayabaya memerintah kerajaan Kediri pada 1135 hingga 1157. Namanya tertera dalam Babad Tanah Jawa dan Serat Aji Pamasa. Banyak orang hingga kini masih mempelajari ramalan Jayabaya karena dianggap jitu.

Ayahnya, Gendrayana, diklaim sebagai keturunan legendaris Pandawa Lima, yaitu dari garis keturunan Arjuna yang merupakan anak dari Dewa Indra. Karena hal tersebut, Jayabaya diyakini memiliki kekuatan magis yang membuatnya dapat membaca kejadian pada masa lalu maupun yang akan datang.
peta wilayah kerajaan kediri
Jayabaya juga dikenal sebagai raja yang bijaksana dan gemar belajar. Seperti yang disebutkan dalam beberapa catatan sejarah, di bawah pemerintahnya Kerajaan Kediri meraih puncak kemakmuran.
peninggalan kerajaan kediri


Ramalan Penjajahan Belanda dan Jepang 


Karena posisinya sebagai raja dan diyakini sebagai keturunan dewa, orang-orang mudah percaya pada kitab-kitab yang ditulis Jayabaya.
Salah satu ramalan yang terkenal adalah kedatangan orang-orang berkulit putih pembawa senjata yang dapat membunuh dari jauh. Ia memprediksi bahwa mereka akan menjajah Pulau Jawa dalam waktu yang sangat lama.

Menurut dia, mereka akan dikalahkan oleh orang-orang berkulit kuning yang datang dari utara dan akan menjajah Jawa seumur jagung.
Ramalan tersebut menjadi kenyataan karena hampir 300 tahun Indonesia dijajah oleh Belanda, yang disebutkan Jayabaya sebagai 'orang berkulit putih'.

Jepang, orang-orang berkulit kuning, dapat mengalahkan Belanda pada tahun 1942. Orang Jawa melihat hal tersebut sebagai realisasi ramalan Jayabaya yang telah berusia 800 tahun.
Kemudian, Jepang menduduki Indonesia sampai 1945, atau selama tiga setengah tahun sebelum Tanah Air akhirnya merdeka pada 17 Agustus 1945.

Notonegoro, Ramalan Pemimpin Negara

presiden republik indonesia dan wakilnya dari masa ke masa

Jayabaya juga telah memprediksi pemimpin Indonesia di era modern yang dikenal dengan istilah Notonegoro, atau secara harfiah diartikan sebagai pemimpin negara. Karena tak ada penjelasan lebih lanjut, terdapat banyak interpretasi terhadap hal tersebut.
Penjelasan paling sederhana adalah, siapa pun yang menjadi pemimpin Indonesia bukanlah raja yang sangat berkuasa, namun seorang pengurus atau pemimpin yang menjawab permasalahan rakyatnya. Namun, terdapat interpretasi yang lebih rumit.

Satu teori mengatakan bahwa Notonegoro menunjukkan suku kata terakhir dari nama-nama Presiden Indonesia.
Namun, hal itu tak sepenuhnya benar, karena hanya dua presiden pertama saja yang cocok dengan istilah tersebut, yaitu SukarNO dan SuharTO, yang jika digabung menjadi NOTO seperti pada NOTOnegoro.

Presiden ke iga, BJ Habibie tak memiliki akhiran Ne dalam namanya. Abdurrahman Wahid yang menjadi pemimpin Indonesia keempat juga tak memiliki akhiran Go.
Interpretasi lain mengatakan bahwa hanya presiden paling berpengaruh saja yang suku kata terakhir namanya yang sesuai. Dalam teori tersebut dikemukakan, bahwa Ne tak ada dalam nama BJ Habibie karena Ne ditafsirkan sebagai presiden kelahiran dari luar Pulau Jawa, layaknya Habibie.

Kata yang terakhir, yaitu GORO, kemudian ditafsirkan dari asal kata goro-goro atau dalam bahasa Jawa berarti konflik atau kerusuhan, yang terjadi dalam pemerintahan dua presiden setelahnya.
Presiden keenam, yaitu Susilo Bambang YudhoyoNO, dipercaya sebagai pengulangan suku kata pertama dari NOtonegoro.
Hal tersebut hanya sebagai interpretasi dari orang-orang yang percaya akan ramalan Jayabaya.

Ramalan Jayabaya yang paling diantisipasi lainnya adalah kedatangan Ratu Adil, walaupun orang-orang Jawa menganggapnya sebagai lelaki.
Jayabaya memprediksi bahwa Ratu Adil merupakan keturunan dari keluarga Kerajaan Majapahit yang akan menjadi pemimpin terbesar.
Dalam ramalannya, ia akan datang ketika kendaraan besi dapat berjalan tanpa kuda, dan kapal dapat menjelajah angkasa, atau masa ketika terdapat mobil dan pesawat.
Menurut Jayabaya, pada awal hidupnya Ratu Adil akan menghadapi masa sulit, penghinaan, dan kemiskinan. Namun masa itu akan terlewati karena ketulusan dan keteguhan hatinya.


Ratu Adil akan lahir dalam masa kelam, di mana ia akan memulihkan ketertiban, keharmonisan, dan keadilan di dunia.
Sebagian besar orang Jawa percaya bahwa hal tersebut sudah merupakan perputaran roda kehidupan, di mana era kegelapan akan diikuti zaman kemakmuran dan akan terus bergulir seperti itu.
Mereka yang percaya meyakini bahwa saat ini sedang berada di Jaman Edan atau era kegelapan. Oleh karena itu kedatangan Ratu Adil diprediksi sudah dekat dan ia akan mengantar pada masa kejayaan baru.

dan berikut ramalan lengkapnya:
  1. Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran ---> Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
  2. Tanah Jawa kalungan wesi ---> Pulau Jawa berkalung besi.
  3. Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang ---> Perahu berjalan di angkasa.
  4. Kali ilang kedhunge ---> Sungai kehilangan mata air.
  5. Pasar ilang kumandhang ---> Pasar kehilangan suara.
  6. Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak ---> Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat.
  7. Bumi saya suwe saya mengkeret --- Bumi semakin lama semakin mengerut.
  8. Sekilan bumi dipajeki ---> Sejengkal tanah dikenai pajak.
  9. Jaran doyan mangan sambel ---> Kuda suka makan sambal.
  10. Wong wadon nganggo pakeyan lanang --->Orang perempuan berpakaian lelaki.
  11. Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking zaman ---> Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik.
  12. Akeh janji ora ditetepi ---> Banyak janji tidak ditepati.
  13. Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe ---> Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
  14. Manungsa padha seneng nyalah ---> Orang-orang saling lempar kesalahan.
  15. Ora ngendahake hukum Hyang Widhi ---> Tak peduli akan hukum Hyang Widhi.
  16. Barang jahat diangkat-angkat ---> Yang jahat dijunjung-junjung.
  17. Barang suci dibenci ---> Yang suci (justru) dibenci.
  18. Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwi t---> Banyak orang hanya mementingkan uang.
  19. Lali kamanungsan ---> Lupa jati kemanusiaan.
  20. Lali kabecikan ---> Lupa hikmah kebaikan.
  21. Lali sanak lali kadang ---> Lupa sanak lupa saudara.
  22. Akeh bapa lali anak ---> Banyak ayah lupa anak.
  23. Akeh anak wani nglawan ibu --->Banyak anak berani melawan ibu.
  24. Nantang bapa ---> Menantang ayah.
  25. Sedulur padha cidra ---> Saudara dan saudara saling khianat.
  26. Kulawarga padha curiga ---> Keluarga saling curiga.
  27. Kanca dadi mungsuh ---> Kawan menjadi lawan.
  28. Akeh manungsa lali asale ---> Banyak orang lupa asal usul.
  29. Ukuman Ratu ora adil ---> Hukuman Raja tidak adil.
  30. Akeh pangkat sing jahat lan ganji l---> Banyak pejabat jahat dan ganjil
  31. Akeh kelakuan sing ganjil ---> Banyak ulah-tabiat ganjil
  32. Wong apik-apik padha kapencil ---> Orang yang baik justru tersisih.
  33. Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin ---> Banyak orang kerja halal justru merasa malu.
  34. Luwih utama ngapusi ---> Lebih mengutamakan menipu.
  35. Wegah nyambut gawe ---> Malas untuk bekerja.
  36. Kepingin urip mewah ---> Inginnya hidup mewah.
  37. Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka ---> Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
  38. Wong bener thenger-thenger ---> Orang (yang) benar termangu-mangu.
  39. Wong salah bungah ---> Orang (yang) salah gembira ria.
  40. Wong apik ditampik-tampik ---> Orang (yang) baik ditolak ditampik (diping-pong).
  41. Wong jahat munggah pangkat ---> Orang (yang) jahat naik pangkat.
  42. Wong agung kasinggung ---> Orang (yang) mulia dilecehkan
  43. Wong ala kapuja ---> Orang (yang) jahat dipuji-puji.
  44. Wong wadon ilang kawirangane ---> perempuan hilang malu.
  45. Wong lanang ilang kaprawirane ---> Laki-laki hilang jiwa kepemimpinan.
  46. Akeh wong lanang ora duwe bojo ---> Banyak laki-laki tak mau beristri.
  47. Akeh wong wadon ora setya marang bojone ---> Banyak perempuan ingkar pada suami.
  48. Akeh ibu padha ngedol anake ---> Banyak ibu menjual anak.
  49. Akeh wong wadon ngedol awake ---> Banyak perempuan menjual diri.
  50. Akeh wong ijol bebojo ---> Banyak orang gonta-ganti pasangan.
  51. Wong wadon nunggang jaran ---> Perempuan menunggang kuda.
  52. Wong lanang linggih plangki ---> Laki-laki naik tandu.
  53. Randha seuang loro ---> Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
  54. Prawan seaga lima ---> Lima perawan lima picis.
  55. Dhudha pincang laku sembilan uang ---> Duda pincang laku sembilan uang.
  56. Akeh wong ngedol ngelmu ---> Banyak orang berdagang ilmu.
  57. Akeh wong ngaku-aku ---> Banyak orang mengaku diri.
  58. Njabane putih njerone dhadhu ---> Di luar putih di dalam jingga.
  59. Ngakune suci, nanging sucine palsu ---> Mengaku suci, tapi palsu belaka.
  60. Akeh bujuk akeh lojo---> Banyak tipu banyak muslihat.
  61. Akeh udan salah mangsa---> Banyak hujan salah musim.
  62. Akeh prawan tuwa---> Banyak perawan tua.
  63. Akeh randha nglairake anak---> Banyak janda melahirkan bayi.
  64. Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne---> Banyak anak lahir mencari bapaknya.
  65. Agama akeh sing nantang---> Agama banyak ditentang.
  66. Prikamanungsan saya ilang---> Perikemanusiaan semakin hilang.
  67. Omah suci dibenci---> Rumah suci dijauhi.
  68. Omah ala saya dipuja---> Rumah maksiat makin dipuja.
  69. Wong wadon lacur ing ngendi-endi---> Perempuan lacur dimana-mana.
  70. Akeh laknat---> Banyak kutukan.
  71. Akeh pengkianat---> Banyak pengkhianat.
  72. Anak mangan bapak---> Anak makan bapak.
  73. Sedulur mangan sedulur---> Saudara makan saudara.
  74. Kanca dadi mungsuh---> Kawan menjadi lawan.
  75. Guru disatru---> Guru dimusuhi.
  76. Tangga padha curiga--->Tetangga saling curiga.
  77. Kana-kene saya angkara murka ---> Angkara murka semakin menjadi-jadi.
  78. Sing weruh kebubuhan---> Barangsiapa tahu terkena beban.
  79. Sing ora weruh ketutuh---> Sedang yang tak tahu disalahkan.
  80. Besuk yen ana peperangan---> Kelak jika terjadi perang.
  81. Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor---> Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
  82. Akeh wong becik saya sengsara---> Banyak orang baik makin sengsara.
  83. Wong jahat saya seneng---> Sedang yang jahat makin bahagia.
  84. Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul---> Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
  85. Wong salah dianggep bener---> Orang salah dipandang benar.
  86. Pengkhianat nikmat---> Pengkhianat nikmat.
  87. Durjana saya sempurna---> Durjana semakin sempurna.
  88. Wong jahat munggah pangkat---> Orang jahat naik pangkat.
  89. Wong lugu kebelenggu---> Orang yang lugu dibelenggu.
  90. Wong mulya dikunjara---> Orang yang mulia dipenjara.
  91. Sing curang garang---> Yang curang berkuasa.
  92. Sing jujur kojur---> Yang jujur sengsara.
  93. Pedagang akeh sing keplarang---> Pedagang banyak yang tenggelam.
  94. Wong main akeh sing ndadi---> Penjudi banyak merajalela.
  95. Akeh barang haram---> Banyak barang haram.
  96. Akeh anak haram---Banyak anak haram.
  97. Wong wadon nglamar wong lanang---> Perempuan melamar laki-laki.
  98. Wong lanang ngasorake drajate dhewe---> Laki-laki memperhina derajat sendiri.
  99. Akeh barang-barang mlebu luang---> Banyak barang terbuang-buang.
  100. Akeh wong kaliren lan wuda---> Banyak orang lapar dan telanjang.
  101. Wong tuku ngglenik sing dodol---> Pembeli membujuk penjual.
  102. Sing dodol akal okol---> Si penjual bermain siasat.
  103. Wong golek pangan kaya gabah diinteri---> Mencari rizki ibarat gabah ditampi.
  104. Sing kebat kliwat---> Yang tangkas lepas.
  105. Sing telah sambat---> Yang terlanjur menggerutu.
  106. Sing gedhe kesasar---> Yang besar tersasar.
  107. Sing cilik kepleset---> Yang kecil terpeleset.
  108. Sing anggak ketunggak---> Yang congkak terbentur.
  109. Sing wedi mati---> Yang takut mati.
  110. Sing nekat mbrekat---> Yang nekat mendapat berkat.
  111. Sing jerih ketindhih---> Yang hati kecil tertindih
  112. Sing ngawur makmur---> Yang ngawur makmur
  113. Sing ngati-ati ngrintih---> Yang berhati-hati merintih.
  114. Sing ngedan keduman---> Yang main gila menerima bagian.
  115. Sing waras nggagas---> Yang sehat pikiran berpikir.
  116. Wong tani ditaleni---> Orang (yang) bertani diikat.
  117. Wong dora ura-ura---> Orang (yang) bohong berdendang.
  118. Ratu ora netepi janji, musna panguwasane--> -Raja ingkar janji, hilang wibawanya.
  119. Bupati dadi rakyat---> Pegawai tinggi menjadi rakyat.
  120. Wong cilik dadi priyayi---> Rakyat kecil jadi priyayi.
  121. Sing mendele dadi gedhe---> Yang curang jadi besar.
  122. Sing jujur kojur---> Yang jujur celaka.
  123. Akeh omah ing ndhuwur jaran---> Banyak rumah di punggung kuda.
  124. Wong mangan wong---> Orang makan sesamanya.
  125. Anak lali bapak---> Anak lupa bapa.
  126. Wong tuwa lali tuwane---> Orang tua lupa ketuaan mereka.
  127. Pedagang adol barang saya laris---> Jualan pedagang semakin laris.
  128. Bandhane saya ludhes---> Namun harta mereka makin habis.
  129. Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan---> Banyak orang mati lapar di samping makanan.
  130. Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara---> Banyak orang berharta tapi hidup sengsara.
  131. Sing edan bisa dandan---> Yang gila bisa bersolek.
  132. Sing bengkong bisa nggalang gedhong---> Si bengkok membangun mahligai.
  133. Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil---> Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.
  134. Ana peperangan ing njero---> Terjadi perang di dalam.
  135. Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham---> Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.
  136. Durjana saya ngambra-ambra---> Kejahatan makin merajalela.
  137. Penjahat saya tambah---> Penjahat makin banyak.
  138. Wong apik saya sengsara---> Yang baik makin sengsara.
  139. Akeh wong mati jalaran saka peperangan---> Banyak orang mati karena perang.
  140. Kebingungan lan kobongan---> Karena bingung dan kebakaran.
  141. Wong bener saya thenger-thenger---> Si benar makin tertegun.
  142. Wong salah saya bungah-bungah---> Si salah makin sorak sorai.
  143. Akeh bandha musna ora karuan lungane---> Banyak harta hilang entah ke mana
  144. Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe---> Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.
  145. Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram---> Banyak barang haram, banyak anak haram.
  146. Bejane sing lali, bejane sing eling---> Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.
  147. Nanging sauntung-untunge sing lali---> Tapi betapapun beruntung si lupa.
  148. Isih untung sing waspada---> Masih lebih beruntung si waspada.
  149. Angkara murka saya ndadi---> Angkara murka semakin menjadi.
  150. Kana-kene saya bingung---> Di sana-sini makin bingung.
  151. Pedagang akeh alangane---> Pedagang banyak rintangan.
  152. Akeh buruh nantang juragan---> Banyak buruh melawan majikan.
  153. Juragan dadi umpan---> Majikan menjadi umpan.
  154. Sing suwarane seru oleh pengaruh---> Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
  155. Wong pinter diingar-ingar---> Si pandai direcoki.
  156. Wong ala diuja---> Si jahat dimanjakan.
  157. Wong ngerti mangan ati---> Orang yang mengerti makan hati.
  158. Bandha dadi memala---> Hartabenda menjadi penyakit
  159. Pangkat dadi pemikat---> Pangkat menjadi pemukau.
  160. Sing sawenang-wenang rumangsa menang ---> Yang sewenang-wenang merasa menang
  161. Sing ngalah rumangsa kabeh salah---> Yang mengalah merasa serba salah.
  162. Ana Bupati saka wong sing asor imane---> Ada raja berasal orang beriman rendah.
  163. Patihe kepala judhi---> Maha menterinya benggol judi.
  164. Wong sing atine suci dibenci---> Yang berhati suci dibenci.
  165. Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat---> Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.
  166. Pemerasan saya ndadra---> Pemerasan merajalela.
  167. Maling lungguh wetenge mblenduk ---> Pencuri duduk berperut gendut.
  168. Pitik angrem saduwure pikulan---> Ayam mengeram di atas pikulan.
  169. Maling wani nantang sing duwe omah---> Pencuri menantang si empunya rumah.
  170. Begal pada ndhugal---> Penyamun semakin kurang ajar.
  171. Rampok padha keplok-keplok---> Perampok semua bersorak-sorai.
  172. Wong momong mitenah sing diemong---> Si pengasuh memfitnah yang diasuh
  173. Wong jaga nyolong sing dijaga---> Si penjaga mencuri yang dijaga.
  174. Wong njamin njaluk dijamin---> Si penjamin minta dijamin.
  175. Akeh wong mendem donga---> Banyak orang mabuk doa.
  176. Kana-kene rebutan unggul---> Di mana-mana berebut menang.
  177. Angkara murka ngombro-ombro---> Angkara murka menjadi-jadi.
  178. Agama ditantang---> Agama ditantang.
  179. Akeh wong angkara murka---> Banyak orang angkara murka.
  180. Nggedhekake duraka---> Membesar-besarkan durhaka.
  181. Ukum agama dilanggar---> Hukum agama dilanggar.
  182. Prikamanungsan di-iles-iles---> Perikemanusiaan diinjak-injak.
  183. Kasusilan ditinggal---> Tata susila diabaikan.
  184. Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi---> Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.
  185. Wong cilik akeh sing kepencil---> Rakyat kecil banyak tersingkir.
  186. Amarga dadi korbane si jahat sing jajil---> Karena menjadi kurban si jahat si laknat.
  187. Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit---> Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit.
  188. Lan duwe prajurit---> Dan punya prajurit.
  189. Negarane ambane saprawolon---> Lebar negeri seperdelapan dunia.
  190. Tukang mangan suap saya ndadra---> Pemakan suap semakin merajalela.
  191. Wong jahat ditampa---> Orang jahat diterima.
  192. Wong suci dibenci---> Orang suci dibenci.
  193. Timah dianggep perak---> Timah dianggap perak.
  194. Emas diarani tembaga---> Emas dibilang tembaga.
  195. Dandang dikandakake kuntul---> Gagak disebut bangau.
  196. Wong dosa sentosa---> Orang berdosa sentosa.
  197. Wong cilik disalahake---> Rakyat jelata dipersalahkan.
  198. Wong nganggur kesungkur---> Si penganggur tersungkur.
  199. Wong sregep krungkep---> Si tekun terjerembab.
  200. Wong nyengit kesengit---> Orang busuk hati dibenci.
  201. Buruh mangluh---> Buruh menangis.
  202. Wong sugih krasa wedi---> Orang kaya ketakutan.
  203. Wong wedi dadi priyayi---> Orang takut jadi priyayi.
  204. Senenge wong jahat---> Berbahagialah si jahat.
  205. Susahe wong cilik---> Bersusahlah rakyat kecil.
  206. Akeh wong dakwa dinakwa---> Banyak orang saling tuduh.
  207. Tindake manungsa saya kuciwa---> Ulah manusia semakin tercela.
  208. Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi---> Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
  209. Wong Jawa kari separo---> Orang Jawa tinggal setengah.
  210. Landa-Cina kari sejodho ---> Belanda - Cina tinggal sepasang.
  211. Akeh wong ijir, akeh wong cethil---> Banyak orang kikir, banyak orang bakhil.
  212. Sing eman ora keduman---> Si hemat tidak mendapat bagian.
  213. Sing keduman ora eman---> Yang mendapat bagian tidak berhemat.
  214. Akeh wong mbambung---> Banyak orang berulah dungu.
  215. Akeh wong limbung---> Banyak orang limbung.
  216. Selot-selote mbesuk wolak-waliking zaman teka---> Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya zaman.