Pemimpin negara dengan kehidupan bersahaja dan merakyat pernah lahir di dunia ini. Mereka membuat kebijakan dan memberikan berpihakannya untuk kesejahteraan rakyat.
Bagi mereka, menjadi pemimpin bukan sebagai jalan menumpuk harta. Tak banyak memang pemimpin yang bisa seperti itu. Berikut ini adalah 10 pemimpin negara yang yang akan selalu dikagumi, dikenang dan dicintai rakyatnya karena kesederhanaan serta pengabdiannya yang tulus untuk negara dan rakyatnya.
KH Abdurahman Wahid (Gus Dur), Presiden ke-4 Indonesia
Penampilan yang sederhana ditunjukkan K.H Abdurrahman Wahid ketika ia menjadi Presiden Indonesia. Namun di balik kesederhanaannya ia dianggap menjadi sumber ilmu dan gudangnya tawa bagi siapa pun yang mendengar celotehnya.
Gus Dur, begitu panggilan akrabnya, tak memiliki dompet. Untuk alas kaki ia sangat menyukai sandal sepantasnya dan tak mempermasalahkan mereknya. Sebagai petualang ilmu, Gus Dur muda senang berkelana untuk memperoleh pelajaran berharga. Ia memburu ilmu mulai dari Mesir, Irak hingga ke Prancis dan Jerman.
Tiba kembali di Tanah Air pada tahun 1971 ia aktif dalam lembaga-lembaga penelitian dan kemudian kembali berkuliah di Universitas McGill, Kanada. Aktif Di NU ia pun melakukan reformasi di organisasi Islam yang memiliki jutaan pengikut. Terpilih menjadi Presiden pada tahun 1999 ia memerintah hingga 2001. Tak panjang memang, tapi pada kepemimpinannya ia telah membuat banyak kebijakan-kebijakan penting, di antaranya penggunaan nama Papua sebagai pengganti nama atas Provinsi Irian Jaya.
Hugo Chaves, Presiden Venezuela
Tak akan pernah dilupakan ketika sebuah aksi yang luar biasa tiba-tiba menyeruak dari balik podium Sidang Tahunan Majelis Umum PBB di New York, 20 September 2006. Ketika itu Presiden Chavez merapatkan tangannya dan berdoa setelah ia berucap, ‘Setan itu kemarin berada di sini dan bau belerang masih terasa di podium tempat saya berdiri’.
Sebuah ucapan dengan nada rendah keluar dari mulutnya untuk mengomentari Presiden George W. Bush yang sehari sebelumnya berpidato di podium yang sama di Markas Besar PBB, New York. Dunia terhenyak, para peserta sidang pun tercengang namun tidak berarti ia harus tenggelam popularitasnya. Cinta dan kekaguman justru datang dalam pujian kepada presiden bertubuh gempal ini.
Venezuela mengenal Chavez dengan panggilan ‘El Comandante’. Sejak pertama menjabat sebagai presiden pada tahun 1999 ia telah menerapkan paham politik Bolivarianisme dan ‘sosialisme abad ke-21′, di mana dirinya fokus dalam penerapan reformasi sosialis di negaranya.
Sepanjang masa kepemimpinannya, ia telah menerapkan konstitusi baru, mendirikan dewan demokrasi partisipasi, menasionalisasi sejumlah industri penting, meningkatkan anggaran kesehatan dan pendidikan, dan mengurangi tingkat kemiskinan secara besar-besaran.
Kebijakan yang pro terhadap rakyat ini kemudian berkelanjutan. Ketika ia terpilih kembali menjadi Presiden Venezuela pada tahun 2006 ia memperkenalkan sistem Misi Bolivarian, Dewan Komunal, koperasi pekerja, dan program reformasi tanah, sambil menasionalisasi sejumlah industri penting di Venezuela.
Dengan kebijakan-kebijakan itu ia menjadi dikenang sebagai bapak rakyat miskin Venezuela. Sosoknya hidup di hati rakyatnya. Ia begitu dicinta hingga di setiap rumah dan tembok-tembok jalan wajah Chavez selalu terpampang. Ketika ia mangkat akibat kanker yang menggerogoti tubuhnya pada 5 Maret 2013, Venezuela diselimuti duka. Jalan-jalan dipenuhi rakyat yang menangis. Kepergiannya mengguncang negeri itu dan selimut duka seakan tak akan pernah tersingkap, kini ia selalu hidup di dalam jiwa rakyat miskin Venezuela.
David Cameron, Perdana Menteri Inggris
Di tanah Eropa yang diselimuti kemewahan Perdana Menteri Inggris David Cameron (foto, kanan) adalah satu dari beberapa pemimpin di daratan itu yang mengeluarkan kebijakan yang tidak biasa bagi para pembantunya, para pejabat di Inggris. Perdana menteri yang pernah dihebohkan oleh aksi selfienya bersama Presiden Obama dan Perdana Menteri Helle Thorning-Schmidt ini memerintahkan para menteri untuk naik kereta umum atau yang biasa di sebut the Tube demi memotong pengeluaran belanja pemerintah yang membengkak.
Dampak dari kebijakan itu Cameron menjadi populer di mata rakyat Inggris. Para menteri yang selama ini mendapat mobil dinas lengkap dengan supirnya pun tidak keberatan naik kereta umum dan ‘berdesak-desakan’ dengan masyarakat .Pemandangan tak biasa pun terjadi, rakyat Inggris yang awalnya tak pernah bertemu dengan pemimpinnya dan para pembantunya pun menjadi heboh karena berada dalam satu gerbong dengan perdana menterinya.
Jose Mujica, Presiden Uruguay
Jose Mujica dicatat dalam sejarah dunia sebagai presiden termiskin di dunia. Namun mantan gerilyawan yang tinggal di rumah sederhana di ladang yang ia miliki ini begitu dicintai oleh rakyatnya. Menerima gaji sebesar $12.500 (sekitar Rp 119 juta) per bulan, dia hanya mengambil $1.250 (Rp 11 juta), sementara sisanya disumbangkan untuk rakyat miskin.
Menurut laporan harta kekayaan tahunan pejabat negara Uruguay, pada tahun 2010 kekayaan Presiden Mujica hanya $1.800, nilai dari sebuah mobil Volkswagen Beetle tahun 1987 miliknya. Tahun ini dia menambahkan aset istrinya berupa lahan, traktor dan sebuah rumah sehingga nilainya bertambah menjadi $215.000.
Kontroversi Jose Mujica tidak hanya pada pilihannya menjadi miskin. Kebijakannya menjadikan Uruguay sebagai negara pertama yang melegalkan produksi dan penggunaan ganja. Keputusan yang diambil dalam voting ini beralasan bahwa ini cara yang efektif untuk menekan angka kriminalitas dan memutus rantai pemasukan bandar ilegal.
Mujica yang terpilih menjadi Presiden tahun 2009, menghabiskan tahun 1960-an dan 1970-an sebagai bagian dari kelompok gerilyawan Tupamaros, kelompok bersenjata sayap kiri yang terinspirasi revolusi Kuba. Dia tertembak enam kali dan menghabiskan waktu selama 14 tahun di penjara. Dia melalui masa penahanan dan isolasi sebelum dibebaskan tahun 1985 ketika Uruguay kembali ke demokrasi.
Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran
Mahmoud Ahmadinejad bagi sejumlah pemimpin Barat, khususnya Amerika Serikat, ibarat momok yang menakutkan. Namun di balik penilaian Barat kepada dirinya, Ahmadinejad adalah sosok sederhana yang hatinya telah ia berikan kepada rakyat dan agamanya.
Sebelum menjabat sebagai Presiden Iran, Ahmadinejad memegang jabatan wali kota di Teheran pada tahun 2003-2005. Selama menjabat wali kota, ia tidak pernah tinggal di rumah dinasnya yang mewah dan, bersama istrinya dan anaknya, memilih tinggal di sebuah gang buntu di ibukota Iran berdampingan dengan penduduk miskin kota itu.
Banyak orang melihat kala Ahmadinejad sang walikota berjalan dengan sepatu yang bolong. Ia pun kerap mengendarai sedan Peugeot yang ketinggalan zaman dan turun untuk menyapu kota Teheran yang memiliki kepadatan penduduk melebihi Jakarta.
Pada 24 Juni 2005 ia terpilih menjadi Presiden Iran setelah mengalahkan banyak tokoh yang tampil dengan jubah-jubah agamis. Gayanya yang merakyat dan aura kesederhanaan membawa pecinta sepak bola ini dipilih dan mengantongi 61% suara.
Di hari pertama ia menginjakkan kaki di Istana, Ahmadinejad menyumbangkan seluruh karpet di Istana Iran yang sangat mahal kepada masjid-masjid di Teheran dan menggantikannya dengan karpet yang lebih murah dan mudah dibersihkan. Pemberani yang selalu diolok-olok oleh Barat ini juga diketahui hanya mengambil seperempat gajinya. Disetiap rapat bersama para menterinya ia selalu berpesan untuk menjalani hidup penuh kesederhanaan.
Mark Rutte, Perdana Menteri Belanda
Bagi Perdana Menteri Belanda Mark Rutte ajaran kesederhanaan, pentingnya kerja, rendah hati dan bersedia memberi bantuan yang ditanamkan orang tuanya adalah sesuatu yang harus ia junjung tinggi. Tak heran politisi yang sebelumnya bekerja untuk Unilever ini kerap datang ke kantornya menggunakan sepeda.
Rutte yang lihai bermain piano bukan sosok pemimpin yang sulit untuk ditemui, dari rakyat hingga wartawan semua mengatakan berjumpa dengannya adalah sebuah kemudahan yang tak pernah ditemui sebelumnya.
Ia dilahirkan tepat saat Hari Valentine di tahun 1967 di Den Haag. Dibesarkan dalam lingkungan kelas menengah tak membuatnya jatuh hati dengan kemewahan. Rutte dikenal sebagai seseorang yang berbudi baik, berani mengakui kesalahan dan meminta maaf untuk itu. Kala bertemu dengan PM Israel, Benjamin Netanyahu, Rutte dengan tegas mengatakan agar Pemerintah Israel menghentikan usahanya untuk mendirikan pemukiman Israel di Tepi Barat.
Pada kasus yang melibatkan Indonesia pada masa perjuangan revolusi di Rawa Gede, Rutte meminta maaf langsung dan bersedia memberikan kompensasi atas terbunuhnya 430 rakyat Indonesia yang dibantai oleh tentara Belanda pada tahun 1947.
Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden Brasil
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva yang memimpin pada periode 2003 hingga 2011 ini memiliki perjalanan hidup yang luar biasa. Sempat menjadi tukang semir sepatu, penjual kacang dan pekerjaan serabutan lainnya, ia harus menerima jarinya terpotong oleh mesin pemotong besi ketika ia bekerja di sebuah pabrik onderdil mobil di Sao Paulo.
Berangkat dari kisah hidupnya yang sulit hingga mengantarkan dirinya sebagai pemimpin serikat buruh, Lula da Silva membuktikan dirinya mampu memimpin Brasil hingga menjadi negara berkembang yang disegani dalam perekonomiannya.
Sejumlah kebijakan ekonomi dan program sosial berhasil mengangkat 198 juta penduduk Brasil dari jurang kemiskinan. Karena itu, tidak heran jika Lula meski telah memimpin dua kali periode ia tetap dicintai oleh rakyatnya karena berhasil mengubah wajah negara itu dari negara miskin menjadi lebih sejahtera.
Kebijakan politik luar negeri yang luar biasa juga dibuat oleh Lula. Pada masa kepemimpinannya ia telah mengunjungi 75 negara dan membuka puluhan kedutaan besar baru. Empat belas kedutaan besar baru di buka di Afrika, sebagai bagian dari agenda kerja sama selatan-selatan antara Amerika Selatan dan Afrika.
Fernando Lugo, Presiden Paraguay
Dalam sejarahnya Presiden Paraguay Fernando Lugo yang telah turun dari tampuk kekuasaanya pada 2012 ini adalah satu-satunya pemimpin negara yang tak mau menerima gajinya yang sebesar Rp 37 juta per bulan, jauh lebih kecil dari gaji yang diterima oleh banyak presiden di dunia juga Indonesia.
Selama menjabat sebagai presiden ia menganggap apa yang ia jalani semata-mata karena nilai sosial yang ia anut, padahal dalam pemilihan umum yang berlangsung pada April 2008 Lugo mendulang banyak suara, kebanyakan suara datang dari orang miskin di Paraguay yang pernah ia layani selama ia menjadi uskup Katolik di kawasan perbatasan yang menjadi kantong kemiskinan negeri itu.
Lugo adalah uskup yang menjadi presiden di dunia untuk pertama kalinya dalam sejarah Katolik. Ia menjalankan roda pemerintahnya demi tujuan kesejahteraan kaum papa di Paraguay. Dalam kepemimpinanya, Lugo pernah mengatakan ia terinspirasi oleh Pancasila dan Presiden Soekarno.
Pada 22 Juni 2012 ia dimakzulkan oleh Parlemen Paraguay setelah upaya penanganan masalah perebutan lahan yang menewaskan 17 orang. Bagi banyak warga miskin di Paraguay Lugo tetaplah Presiden, cinta dan kasihnya tinggal dihati rakyatnya.
Evo Morales, Presiden Bolivia
Presiden Bolivia Evo Morales terkenal sebagai salah satu orator ulung yang mampu menghipnotis ribuan massa yang mendengarkan pidatonya. Dalam setiap kesempatan sebelum ia menjabat sebagai presiden ia menunjukkan sikap anti-Amerika. Hal itu mengantarkannya menjadi politikus yang namanya mulai dikenal hingga akhirnya pada 21 Desember 2005 komisi pemilu mengumumkan bahwa sahabat Hugo Chavez ini dipastikan menjadi pemenang pemilu.
Ia mendapatkan 54,3 persen suara dengan 93 persen suara yang telah dihitung, menurut hasil resmi. Kemenangannya memperlihatkan dukungan rakyat lebih besar dibandingkan dengan presiden-presiden sebelumnya sejak demokrasi dipulihkan di negara itu dua dekade lalu. Setelah terpilih, dia menyatakan akan memotong setengah gajinya untuk kepentingan perluasan lapangan kerja dan itu ia lakukan.
Morales juga terkenal sebagai penggemar sepak bola dan baru-baru ini ia mendatangani kontrak untuk bermain secara profesional bersama klub lokal, Sport Boys, mulai musim depan. Ia akan bermain selama maksimal 20 menit dalam setiap pertandingan jika jadwalnya tidak bentrok dengan tugas-tugasnya sebagai presiden. Ia mendapat gaji minimum pesepak bola pro di Bolivia, yakni sekitar Rp 2,4 Juta per bulan.
Raffael Correa, Presiden Ekuador
Berkuliah di Amerika Serikat tak membuat Raffael Correa menelan semua pendidikan yang ia terima di negeri Paman Sam itu. ia mencernanya kemudian ia mencari kelemahannya dan menolak menyembah kepada kapitalisme yang ditawarkan Amerika Serikat. Menjadi Presiden Ekuador sejak 2007, Correa memberikan keteladanan dengan kesederhanaan dan membangun bangsa dengan caranya.
Correa menyediakan akses mudah bagi seluruh warga negara Ekuador terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, yang didapat melalui penambahan jumlah dana belanja negara. Ia tidak membagi kedua arena vital tersebut pada pihak swasta. Begitupula halnya dengan pemanfaatan sumber daya alam.
Correa meminta penyusunan ulang kontrak karya perusahaan asing yang mengelola dan menguasai sumber daya alam Ekuador, di mana pemerintah (sebagai wakil dari seluruh bangsa Ekuador) tetap pemegang saham terbesar.
Correa sendiri terbilang pemimpin sederhana. Tanggal 6 April lalu, ketika APBN Ekuador diancam defisit, Correa mengeluarkan dekrit untuk membekukan pembayaran gaji pejabat tinggi selama dua tahun. Itu termasuk gaji presiden, wakil presiden, menteri, dan pejabat tinggi lainnya. Ia juga memotong gajinya dari sekitar $8.000 menjadi $4.000. Dengan pemotongan gaji itu, Correa menyelamatkan APBN tanpa memangkas subsidi sosial rakyatnya